Dulu,
ketika masih sangat bersemangat untuk berpartisipasi di dunia partai,
saya punya mimpi, bahwa bacaan-bacaan yang saya baca, tidak hanya
menjadi bacaan sebelum tidur atau pelarian dari kompetisi sehari-hari
(baik di dunia kuliah maupun di dunia kerja), tapi memang benar-benar
sebuah proyek panjang yang sedang saya kerjakan, saya bermimpi sedang
menjadi onderdil dari sebuah mesin yang bisa berperan untuk memajukan pabrik yang lebih besar lagi yaitu negeri tercinta.
Ini mimpi saya. Meskipun banyak yang tidak suka, ideal partai islam(i)
punya peran penting (yg memang blm berhasil diwujudkan):
1.
Objektivikasi nilai2 dan etik islam dlm kehidupan sosial politik. Dan
sebetulnya bukan hanya dalam kehidupan sosial politik saja, jika masing2
partai menggarap dan mendidik lahan kulturalnya, behind the curtain,
objektivikasi nilai2 dan etik tsb bisa terjadi di semua bidang.
2.
Rekonsiliasi sosial politik, baik antara umat islam dengan institusi
negara maupun internal umat, dan juga antar umat yg belum selesai. Tentu
partai islam jd penting krn umat islamnya sendiri jumlahnya banyak.
Rekonsiliasi ini sendiri tidak bisa hanya dituntaskan dengan upaya
intelektual (misalnya dari akademisi) atau seruan2 normatif (misalnya
dari ulama) tidak bisa juga dilaksanakan oleh kekuatan paksaan dari
negara (seperti yg terjadi di orde baru), mau tidak mau wadah politik
yang mewakili dan di sisi mata uang yang lain, mendidik umat islam
menjadi penting.
3. Mengeksekusi aspirasi praktis-pragmatis umat
islam misalnya aspirasi kepemimpinan, regulasi atau advokasi keumatan,
drpd disalurkan ke aksi2 kekerasan.
Tentu tdk dimaksudkan
mengatakan wadah yg lain tidak bisa memerankan peran ini. Misalnya, bisa
saja politisi muslim di partai non islam (nasionalis) membawa etik
islamnya ke dlm partainya. Tidak harus partai islam(i) itu yg
menunjukkan identitasnya di atas kertas, partai yg lahir dari basis
kultural elemen islam itu ya otomatis partai islam. Namun semua fungsi
tersebut tidak bisa tidak musti mengharuskan partai islam(i) itu
merevitalisasi ideologi mereka dan di saat yang sama mengobjektivikasi
ekspresi dan retorikanya. Dua keseimbangan yang sangat sulit dilakukan
tapi harus, revitalisasi ideologi penting karena hanya dengannya partai
bisa mempertahankan nilai-nilai dan etiknya untuk kemudian
dikontribusikan ke kehidupan sosial politik (fungsi no. 1),
objektivikasi retorika dan ekspresi penting karena kita bicara
rekonsiliasi dan efektivitas eksekusi (fungsi no. 2 dan 3). Karena
sulit, kebanyakan orang pun berkumpul di dua titik yang berseberangan,
yang satu terlalu beku, yang lainnya terlalu cair.
Partai itu
sendiri secara umum, meskipun dinajis-najiskan oleh sebagian besar
orang, adalah wadah aktivisme yang penting, seperti yg dicita-citakan
UUD 45 sebelum diamandemen: "berserikat dan berkumpul". Yang
berkepentingan sebetulnya bukan negara tapi rakyat, agar bertambah
pintar dan berdaya di depan penguasa dan "penguasa".
Sementara
ini, sedang tidak bisa bermimpi lagi. Tahun ini golput. Atau mungkin ini
cuma apologi, mungkin sebetulnya saya sudah menua, berhasrat mapan dan
menikmati kenyamanan?
Sunday, May 4, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment